Menara Kudus berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten
Kudus, Provinsi Jawa Tengah.Berada sekitar 40 kilometer di sebelah timur Kota Semarang, bisa
ditempuh dalam waktu kurang lebih satu setengah jam dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Di dekat menara, terdapat Masjid Kudus yang juga
menjadi tujuan para peziarah atau wisatawan.
Bentuknya sama sekali tidak mirip dengan menara masjid pada
umumnya,
malah lebih menyerupai candi. Tapi jika diperhatikan dari sejarahnya,
hal itu tentu saja tidak akan mengherankan karena bentuk Menara Kudus
merupakan perpaduan budaya Hindu dan Islam. Seolah menjadi lambang
proses masuknya agama Islam ke daerah ini yang tidak menimbulkan
kekerasan, namun malah terbuka terhadap unsur-unsur kebudayaan lama di
daerah setempat.
Bentuknya sederhana, terbuat dari tumpukan bata merah tanpa semen sebagai perekat, namun terlihat anggun dalam kekokohannya seolah tidak
habis dimakan usia. Menara ini memiliki tinggi 17 meter, dengan luas
sekitar 100 meter persegi. Konon, saat membangun menara, Sunan Kudus
yang dibantu para pengikutnya hanya menggosok-gosokkan bata-bata merah
itu hingga lengket satu sama lain. Atap menara merupakan konstruksi kayu
jati yang membentuk semacam kubah yang menjadi tempat mengumandangkan
azan.
Masjid Menara Kudus ini memiliki lima pintu sebelah kanan, dan lima pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar daripada semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan padasan tersebut merupakan peninggalan kuno dan dijadikan sebagai tempat wudhu.
Di dalam masjid terdapat dua bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat gapura paduraksa, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang Kembar".
Di komplek masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.
Ketika bulan Ramadan, nuansa islami akan semakin terasa di tempat ini. Suara lembut pelantun ayat-ayat Al-Quran akan sering terdengar di
antara hiruk pikuk pedagang oleh-oleh yang juga bernuansa islami.Biasanya saat bulan Ramadhan ada acara yang disebut Dhandhangan yang membuat pengunjung Menara Kudus bertambah.
Di dekat menara kudus banyak sekali para pedagang yang menjual aneka ragam oleh-oleh.Baik berupa gelang ataupun makanan,serta berbagai macam sandang.Setelah dari Menara Kudus, kita bisa berbelanja di mall dekat alun-alun Kudus.Letaknya tak jauh dari Menara Kudus lhoooo...